makna arti kehidupan

Selama aku hidup selama seperempat abad, tak pernah sekalipun aku terfikir tentang makna arti kehidupan yang susungguhnya. aku hanya menjalani hari demi hari dengan biasa, ibadah, makan, kuliah, ibadah, makan, istirahat,main, belajar, makan, dan kembali tidur lagi. rutinitas yang kulakukan seolah olah seperti kaset yang terus menerus diputar, tanpa ada arti, dan aku menjalaninya dengan baik dan biasa biasa saja. tak pernah ada rasa sedih atau kegalauan dalam hidupku. ketika aku mulai bekerja, rutinitas yang sama juga terjadi. sama sperti kaset yang diputar berulang ulang. begitulah aku menjalani hidup. tak banyak yang berubah, dan tak banyak hal yang istimewa dalam hidupku. hal yang paling berkesan dalam hidupku adalah ketika aku lulus tepat waktu dan bisa menghasilkan uang, tapi sekali lagi, hidupku seperti kaset yang diputar, tidak pernah sekalipun aku berfikir tentang makna arti kehidupan.

banyak anak yang tinggal di perantauan memiliki agenda rutin tahunan yang ditunggu tunggu yaitu adalah pulang kampung. sebenarnya aku juga sangat menantikan kesempatan mudik, tapi ketika sampai dirumah tak banyak yang bisa aku lakukan. aku senang bisa ketemu orang tuaku. tapi setelah itu aku tidak tau lagi harus melakukan apa , sebab ketika aku pulang hidupku sepertinya tidak disana. itu semua terjadi karena banyak yang  hal yang telah berubah, semua teman baikku memiliki kesibukan sendiri sendiri, ada yang sudah bekerja ada yang sibuk kuliah. tidak mungkin aku setiap hari satu kali dua pulu empat jam berada dirumah bersama orang tuaku. satu sampai tiga tahun pertama aku masih bisa rutin mudik, tapi pada tahun berikutnya karena kesibukanku dan jadwal yang tidak bersahabat aku sempat tidak pulang beberapa tahun. dan disinilah titik balik hidupku

aku meengalami kegelisahan dalam hidupku. aku mengalami kegalaun yang datang mendadak tiba-tiba. setelah beberapa tahun aku tidak bisa pulang, orang tuaku yang menyempatkan mampir ke tempatku di perantauan. saat itulah aku mulai bersedih . kenapa? sebenarnya aku sudah sangat senang dengan hidupku, walaupun itu seperti kaset yang terus menerus di putar secara rutin. aku senang telah mencapai usia emas dan produktif, karena pada akhirnya aku bisa menghasilkan uang. tapi aku ternyata melupakan sesuatu. sesuatu yang kuanggap sebagai suatu kaset yang berputar secara terus menerus, sesuatu yang terus berjalan tanpa bisa dihentikan , dan itu adalah waktu, waktu yang aku lupakan. 7 tahun waktu yang kuhabiskan di perantauan , yang ku jalani dan kuanggap seperti kaset, yang kuanggap hanya berlaku untuk hidupku, ternyata waktu itu juga berjalan di orang tuaku. dalam 7 tahun orang tuaku bertambah tua. mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal yang wajar, tidak bagiku. karena aku meninggalkan mereka dalam waktu yang lama, dan aku tidak bisa melihat bertambahnya umur mereka disana. dan aku baru berfikir tentang makna arti kehidupan  pada saat itu.

aku mengalami kegelisahan dalam hati, ketakutan dan galau tentang bertambahnya umurku dan kedua orang tuaku. aku takut kehilangan mereka meskipun mereka sehat dan baik baik saja. aku takut akan kematian , padahal sebelumnya meskipun tahu semua manusia pasti mati aku tak pernah segelisah ini. kenapa? karena orang tuaku makin menua , dan berapa lama usia harapan hidup orang indonesia? 70? 80? 90? bisa kurang bisa lebih. bagaimana kalau kurang? itulah ketakutanku, kegelisahanku. aku takut mereka meninggalkan aku . aku takut belum menjadi anak yang baik bagi mereka. aku sayang kedua orang tuaku.
dan sekarang aku lebih menghargai makna arti kehidupan. menggunakan waktu yang diberikan oleh tuhan untuk melakukan hal yang baik dan bermanfaat, berbakti kepada orang tua, menjaga ibadah supaya tetap konsisten agal menjadi bekal dan pegangan di hari akhir. 

Comments